Jumat, 12 September 2025

Royal Crystal Academy - Episode 1 Penyelamatan Bayi Putri Lili


Kastil ini diberi nama kastil Saritaleri karena kastil ini terletak di sepanjang sungai. Kastil ini memperlihatkan kehidupan kerajaan Kristal Pelangi dan rakyatnya penuh damai, bahagia, dan sejahtera. Kerajaan ini dipimpin oleh raja Yudira dan ratu Nila. Ternyata, kesejahteraan kerajaan ini berkat sebuah bola kristal yang sangat penting bagi kerajaannya. Bentuk bola ini seperti bola kristal pada umumnya. Namun, bola ini memiliki kekuatan yang sangat tidak terduga sehingga bola ini disimpan di tempat yang tidak diketahui orang jahat agar orang jahat tidak bisa menemukan bola yang dimaksudnya.

Suatu hari menjelang masa kehamilan sembilan bulan sepuluh hari, perut ratu Nila telah membesar dan melilit kesakitan karena ia akan melahirkan seorang bayi. Oleh karena itu, raja mencari seorang bidan kerajaan yang bisa melahirkan bayinya di seluruh kerajaannya. Akhirnya, ia menemukan bidan kerajaan yang bisa melahirkan bayinya sehingga bidan kerajaan masuk ke kamar ratu. Sementara itu, raja harus menunggu di luar kamar ratu sambil ia mondar-mandir. Setelah ratu berjuang melahirkan anaknya selama tiga jam, ia akhirnya berhasil melahirkan bayi dengan selamat. Suara tangisan bayi terdengar raja dari luar kamar ratu sehingga ia masuk ke kamarnya.

“Selamat, Yang Mulia Ratu. Anda telah melahirkan seorang bayi berjenis kelamin perempuan,” ujar seorang bidan kerajaan.

Orang-orang yang berada di sekitar istana langsung masuk ke kamar ratunya dan memberikan selamat pada ratu Nila atas kelahiran bayinya, termasuk seorang tabib yang setia menunggu kelahiran bayi ratu Nila.

“Selamat atas kelahiran anak Anda, Yang Mulia Ratu. Bayimu berjenis kelamin perempuan yang cantik dan mirip dengan Anda. Semoga anak ini akan menjadi penentu dalam penyelamatan kerajaan Kristal Pelangi,” ujar tabib kerajaan sambil menggendong bayinya pada ratu Nila.

Raja Yudira yang ingin melihat bayi ratu Nila yang telah lahir terhalang oleh pelayan yang ingin melihat bayi tersebut. Oleh karena itu, ia harus menepuk pundak pelayan. Pelayan menoleh ke belakang sebelum ia kaget melihat raja Yudira sehingga seluruh pelayan diminta untuk kembali bekerja. Seluruh pelayan kerajaan meninggalkan kamar ratu Nila, kecuali tabib dan bidan kerajaan.

“Bu, terima kasih atas bantuan Anda dalam prosesi kelahiran bayi dengan selamat.” Raja Yudira berujar pada tabib kerajaan dan bidan kerajaan.

“Sama-sama, Yang Mulia Raja.” Bidan kerajaan membalasnya dengan menundukkan kepalanya dengan hormat. “Ini adalah bentuk tanggung jawab dalam menjalankan tugas saya sebagai bidan kerajaan. Aku berdoa semoga bayi yang telah lahir di dunia ini sehat selalu dan menjadi anak yang berbakti pada kedua orang tuanya.”

“Akan saya sampaikan doa dan harapan Anda pada istri saya,” ujar raja Yudira.

“Yang Mulia, kami mau pamit dulu karena tugasnya sudah selesai. Semoga bayinya sehat selalu dan selalu berbakti kepada kedua orang tuanya,” ujar tabib kerajaan yang mau pamit bersama bidan kerajaan karena tugas persalinan sudah selesai.

“Silakan, tabib dan bidan. Saya mau membicarakan ratu di dalam kamar,” ujar raja Yudira mempersilakan tabib dan bidan untuk meninggalkan kamar ratu.

Sementara itu, tabib kerajaan bertanya bidan kerajaan tentang prediksi bayi yang akan menjadi penyelamat kerajaan Kristal Pelangi.

“Bu, apakah benar bayi Yang Mulia Ratu akan menjadi penyelamat kerajaan Kristal Pelangi?” tanya tabib kerajaan.

“Pak, saya hanya anggap asumsi atau prediksi. Tapi, asumsi ini bisa jadi kenyataan ketika anaknya baru menginjak usia lima belas tahun,” jawab bidan kerajaan dengan penuh yakin. “Saya sudah berbicara dengan seorang gadis peramal yang mengatakan bahwa anaknya akan menjadi satu-satunya penyelamat kerajaannya dari raja Andrawera yang ingin memperebutkan bola kristal.

“Memangnya, adakah hubungan antara anak Yang Mulia Ratu dengan raja Andrawera?” tanya balik tabib.

“Pasti ada, tabib.” Bidan menjawab singkat. “Tapi, jangan banyak bertanya. Nanti, Yang Mulia Ratu pasti menangis jika omongan saya bisa menjadi kenyataan.”

Tabib menganggukkan kepalanya setelah bidan memohon tabib untuk tidak bertanya lagi. Sementara itu, raja Yudira masih menggendong bayi yang telah lahir. Sementara itu, ratu Nila harus berbaring di tempat tidurnya setelah proses persalinan berjalan dengan sukses dan lancar.

“Bagaimana denganmu? Bayinya mirip denganmu, istriku.” Raja Yudira masih menggendong bayinya.

“Iya, suamiku.” Ratu Nila pun menjawab singkat.

“Oh, ya. istriku, bagaimana kalau bayi ini diberi nama Lili Lalita Nila?” tanya balik raja Yudira mengusulkannya.

“Memangnya mengapa, suamiku?” Ratu Nila malah berbalik tanya pada raja Yudira.

“Karena bayi ini mirip denganmu. Selain itu, nama ini memiliki arti ‘bunga biru yang berharga’,” jawab raja Yudira dengan senyuman manis.

“Oh, baiklah. Mulai sekarang, kita memanggil bayi kita dengan nama Lili,” ujar ratu Nila.

Raja Yudira menganggukkan kepalanya sebelum ia meletakkan bayinya di tempat tidur sebelah ratu Nila

{|{

Sebulan kemudian, pagi hari yang penuh cerah. Burung-burung yang bertengger di rentetan ranting pohon sedang berkicau dengan suka cita. Ratu Nila membuka gorden dan membangunkan raja Yudira yang masih rebahan di tempat tidur.

“Ayo bangun, suamiku.” Ratu Nila menggerakkan pundak raja Yudira yang masih tertidur di tempat tidur.

“Malas bangun, istriku.” Raja Yudira masih mengucek matanya untuk bangun.

“HEI! Masa kamu kalah dengan burung yang berkicau riang di pagi hari yang ceria? Kalau kamu malas bangun, apa kata rakyatmu?” desah ratu Nila. “Seharusnya, Anda memberi contoh yang baik pada rakyatnya.”

Raja Yudira malah tidur lagi. Oleh karena itu, ratu Nila memercikkan air putih dari gelas dengan tangannya sendiri ke muka raja Yudira sehingga raja Yudira akhirnya bangun karena percikan airnya.

“Iya, ya, istriku. Aku sudah bangun,” ujar raja Yudira.

“Cepat! Kamu harus mandi dulu karena baumu sudah tidak enak,” desah ratu Nila.

Percuma saja jika aku terus berdebat dengan istriku, tentu saja istriku yang menang,” batin raja Yudira agak kesal.

“Iya, ya, ya. Aku mandi dulu,” ujar raja Yudira sambil menguap karena ia masih tidur.

Raja Yudira pergi menuju kamar tidur dengan berjalan sambil menguap karena ia masih tidur. Lima menit kemudian, raja telah selesai mandi dengan jubah Raja. Tiba-tiba, terdengar suara tangisan bayi di kamar ratu Nila.

“Lili, sayangku. Kamu sudah bangun,” ujar ratu Nila sambil menggendong bayinya. “Aduh, kamu mengompol lagi.”

“Sayang, tolong ambilkan popok dan celana dalam bayi di lemariku!” pinta ratu Nila sedikit berteriak pada raja Yudira.

Raja Yudira menuruti permintaan ratu Nila sehingga ia mengambil popok dan celana dalam bayi di lemari, lalu memberikanya pada ratu Nila. Ketika ratu Nila sedang mengganti popok dan celana dalam bayi yang basah dengan popok dan celana dalam bayi yang baru, raja Yudira mengatakan ratunya bahwa ia ingin makan bersama. Namun, ratu Nila sabar karena ia masih menggantikan popok dan celana bayinya. Akhirnya, mereka pergi ke ruang makan untuk makan bersama. Belum sempat mereka melangkah kaki menuju ruang makan, suara ketukan pintu tiba-tiba dari kamarnya. Raja membuka pintunya dan muncullah dua prajurit yang kelihatannya panik karena laporan mereka pada raja Yudira.

“Ada apa, prajurit? Mengapa kalian tergesa-gesa dan panik?” tanya raja Yudira pada kedua prajurit

“Maaf, Yang Mulia. A–a–ada laporan yang sangat pen–pen–penting,” jawab salah satu prajurit terbata-bata penuh ketakutan.

“Memangnya, ada laporan apa? Jelaskan apa yang kalian laporkan!” tanya raja Yudira penuh serius.

“Maaf, Yang Mulia Raja. A–a–ada pasukan kerajaan kegelapan yang mau menyerang kerajaan kita,” jawab salah satu prajurit dalam satu tarikan napas.

“APA?! Bagaimana bisa terjadi? Apakah ramalan ini benar-benar akan terjadi?” tanya raja Yudira pada kedua prajurit.

“Maaf, Yang Mulia Raja. Kami tidak tahu bahwa segerombolan pasukan kerajaan kegelapan yang tiba-tiba datang menyerang kerajaan kita dengan jumlah yang sangat ba–banyak,” jawab salah satu prajurit sambil melentangkan kedua tangannya.

Ratu Nila yang tidak sengaja mendengar laporan prajurit menghampiri raja dan kedua prajurit tersebut.

“Maaf, prajurit. Apakah benar ada penyerangan pasukan kerajaan kegelapan terhadap kerajaan kita? Ada berapakah pasukan kerajaan kegelapan yang dikerahkan?” tanya ratu Nila penuh serius.

“Benar, Yang Mulia Ratu.” Salah satu prajurit mengangguk penuh yakin sebagai jawabannya. “Sekitar lima ratusan pasukan kerajaan kegelapan.”

“Ini sudah keterlaluan. Bagaimana bisa sahabatku sendiri menyerang kerajaan kita?” ujar raja Yudira mulai geram.

Ternyata, ramalan yang diucapkan salah satu peramal menjadi kenyataan karena sahabatku ingin mengambil bola kristalnya yang telah dibuat.” Ratu Nila berkata dalam hati mulai khawatir.

“Prajurit, siapkan pasukan yang banyak!!! Hari ini, kita berperang dengan kerajaan kegelapan.” Raja Yudira memutuskannya.

“Tapi, suamiku. Aku tidak mengizinkanmu untuk ikut berperang. Apalagi, raja Andrawera sangatlah licik dan ingin mengambil bola kristal yang telah dibuat.” Ratu Nila mendesak raja Yudira agar ia tidak ikut berperang.

“Tenanglah, istriku. Yang penting, kamu harus menyembunyikan anak kita demi keselamatan anak kita.” Raja Yudira memerintahkan tegas pada ratu Nila.

“Tapi ….” Ratu Nila masih mengganjal di hatinya.

“Jangan pedulikan diriku! Cepatlah! Kamu harus menyembunyikan anak kita agar raja Andrawera tidak mengetahui bahwa kita memiliki seorang putri berdasarkan ramalan yang terjadi hari ini,” tegas raja Yudira.

Ratu Nila akhirnya menuruti permintaan raja Yudira meskipun ia tidak bisa berbuat banyak pada raja Yudira. Akhirnya, ia bersama bayinya pergi melalui jalan rahasianya. Sementara itu, peperangan antara kerajaan Kristal Pelangi dengan kerajaan kegelapan membuat banyak korban yang tewas, baik dari kerajaan Kristal Pelangi maupun kerajaan kegelapan. Banyak orang yang berada di sekitar kerajaan Kristal Pelangi dikutuk menjadi patung emas oleh raja Andrawera.

Sementara itu, ratu Nila membawa bayi putri Lili ke tepi sungai agak jauh dari istananya. Aliran sungai yang tenang akan membawa putrinya menuju pedesaan yang sangat jauh dari kerajaannya.

“Ma–maafkan, Liliku tersayang. Bunda terpaksa melakukan ini demi … keselamatan dan kebaikanmu juga,” ujar ratu Nila sambil menangis tersedu-sedu.

Ratu melepaskan kalung yang dipakainya dan memakaikannya pada putri Lili, lalu putri Lili diletakkan di keranjang bayi. Setelah itu, keranjang bayi tersebut diletakkan di atas air sehingga keranjang tersebut terbawa arus air tenang.

“Semoga … kamu bisa kembali ke istana untuk mengalahkan raja Andrawera. Selamat tinggal, putri kesayanganku.” Ratu Nila melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan bayi putri Lili dengan ratu Nila.

Sebelum pasukan kerajaan kegelapan dan orang lain melihatnya, ratu berusaha untuk mengusap air matanya yang mengalir deras. Setelah itu, ia kembali ke istana untuk mengecek situasi istananya. Untunglah, ia sampai di istana tanpa orang lain yang mencurigainya. Sesampai di area balkon istana, ia melihat orang-orang yang membeku seperti patung yang dilumuri emas.

Mengapa semuanya berubah menjadi seperti ini? Apa yang telah terjadi? Apakah semua ini karena raja Andrawera?" tanya ratu Nila dalam hati.

Ratu Nila akhirnya mendekati salah satu patung emas tersebut. Ketika ratu Nila menyentuh salah satu patung emas, tubuhnya tiba-tiba terpental ke belakang dan terjatuh. Ia berusaha berdiri sambil merintih kesakitan yang dialaminya.

“Sialan! Sihirnya sangat kuat dan tidak bisa dipatahkannya. Apa yang harus aku lakukan?” ujar ratu Nila agak kesal sambil mencoba berpikir untuk mematahkan sihirnya.

Tiba-tiba, ia mendengar suara raja Andrawera dari sisi belakangnya.

“Bagus! Bagus, Yang Mulia Ratu!” Raja Andrawera bertepuk tangan sendiri dari belakang ratu.

“An–An–Andrawera!” teriak ratu Nila terbata-bata dengan nada agak tinggi setelah ia menoleh raja Andrawera dari sisi belakang.

“Akhirnya, Anda juga datang untuk menyelamatkan orang-orang yang ada di sekitar istana. Saya sudah mengutuk semuanya menjadi patung emas. Jangan harap Anda akan mematahkan sihir saya, kecuali ada syarat yang harus Anda penuhi.” Raja Andrawera menawarkan persyaratannya pada ratu Nila dengan penuh seringai.

“A–a–apa syaratnya?” tanya ratu Nila terbata-bata.

“Anda harus memberikan bola kristal pada saya dan harus menikah dengan saya,” jawab raja Andrawera dengan tegas.

“Anda sangat licik sekali! Saya tidak sudi untuk menikah dengan Anda! Saya tidak akan memberikan bola kristal pada Anda yang haus kekuasaan!” bantah ratu Nila penuh amarah.

“Dasar, Yang Mulia Ratu! Apapun caranya, saya akan mengambil bola kristal dari Anda!” balas raja Andrawera dengan nada tinggi.

“Anda takkan bisa mengambil bola kristal dari saya. Apalagi, saya telah membuang bola kristalnya agar bola kristalnya tidak sampai jatuh ke tangan orang jahat, seperti Anda!” Ratu Nila menunjuk raja Andrawera dengan penuh amarah.

“Anda pikir saya tidak tahu, kan? Rakanta memberikan bola kristal pada Anda, lalu Anda mengubahnya menjadi kalung. Setelah itu, Anda memakai kalungnya.” Raja Andrawera membeberkan fakta sesungguhnya. “Sekarang, berikan kalung itu!!!”

“Saya sudah bilang saya telah membuang kalungnya,” tegas ratu Nila.

“BOHONG!!!” seru raja Andrawera dengan keras. “Jangan-jangan! Anda mengubahnya menjadi benda lainnya.”

Raja Andrawera menggunakan kekuatan sihir dari tongkat sihirnya untuk mengapungkan semua perhiasan yang dipakai ratu Nila ke udara. Ratu Nila terkejut apa yang ia lakukan.

“Andrawera, apa yang Anda lakukan?” tanya ratu Nila penuh emosi.

Raja Andrawera mengecek semua perhiasan yang dipakai ratu Nila. Namun, tidak ada satu pun perhiasan yang merupakan bola kristal sehingga raja Andrawera mengembalikannya ke tempat semula.

“Sekali lagi, Yang Mulia Ratu. Katakanlah! Di mana bola kristal itu? Anda pasti telah menyembunyikannya, kan?” ancam raja Andrawera.

“AKU SUDAH BILANG AKU TELAH MEMBUANGNYA!” jawab ratu Nila dengan keras dan lantang.

Raja Andrawera mencoba berpikir dimana ratu Nila menyembunyikan bola kristalnya.

Saatnya, aku harus kabur dari sini sebelum raja Andrawera mengetahuinya bahwa aku pasti kabur.” Ratu Nila berkata dalam hati penuh kesempatan.

Setelah raja Andrawera berpikir, ia tiba-tiba menoleh ratu Nila yang diam-diam mencoba untuk kabur.

“RATU NILA, MAU PERGI KE MANA?” tanya raja Andrawera dengan keras.

Ratu Nila langsung kabur dari sisi kiri istana. Namun, raja Andrawera langsung mengutuknya menjadi patung emas dengan kekuatan sihirnya.

“HA! HA!! HA!!! HA!!!!” Raja Andrawera tertawa keras layaknya orang jahat. “Anda pikir akan kabur dari istana, kan? Sekarang, Anda pasti berubah menjadi patung emas.”

Raja Andrawera kembali tertawa penuh kemenangan sebelum ia memanggil beberapa prajurit dan meminta mereka untuk mencari bola kristal ke seluruh kerajaannya.

“PRAJURIT!!!” seru raja Andrawera pada beberapa prajurit kerajaan kegelapan.

“Iya, Yang Mulia Raja!” balas prajurit kerajaan kegelapan serentak.

“Saya memerintahkan sebagian prajurit untuk mencari bola kristal hingga seluruh kerajaan,” perintah raja Andrawera pada sebagian prajurit kerajaan kegelapan. “Dan sisanya, bawa pelayan istana ke hadapan saya di sana. Segera laksanakan perintah saya!”

“BAIK, YANG MULIA RAJA!!!” balas prajurit kerajaan kegelapan serentak.

Sebagian prajurit kerajaan kegelapan menggeledah isi istana kerajaan Kristal Pelangi seolah-olah menculik para pelayan istana untuk dibawa ke hadapan raja Andrawera, sedangkan sisanya mencari bola kristal hingga seluruh penjuru kerajaan.

–––|{|–––

Royal Crystal Academy - Episode 1 Penyelamatan Bayi Putri Lili

Kastil ini diberi nama kastil Saritaleri karena kastil ini terletak di sepanjang sungai. Kastil ini memperlihatkan kehidupan kerajaan K...